Persepsi  tentang  janda  dalam  lingkungan masyarakat masih  bersifat miring 
(negatif), dimana posisi  janda dalam masyarakat masih di anggap aib yang harus di 
batasi  ruang geraknya. Hal  ini merupakan  salah  satu kondisi dan budaya yang  tetap 
dipertahankan dalam  lingkungan mayarakat di  Indonesia. Fenomena  janda  terjadi di 
seluruh dunia, sebab janda bukan hanya bentuk dan pola kehidupan di Indonesia, tapi 
juga salah satu proses kehidupan individu dalam masyarakat di dunia. Maka dari itu, 
sikap  dan  perilaku  yang  di  tanamkan  selama  ini  dalam  masyarakat  masih  kurang 
memiliki rasa keadilan untuk janda sendiri. 
Sekilas memandang budaya masyarakat  Indonesia yang masih  tetap bertahan 
pada  pola  kehidupan  lama  akan  menjadi  masyarakat  yang  kurang  menghargai 
terhadap  hak-hak  orang  lain  dalam  kehidupan  bermasyarakat.  Janda  merupakan 
anggota masyarakat  yang memiliki hak untuk hidup berdampingan dengan  individu 
atau  keluarga  lain  serta  memiliki  kebebasan  untuk  berkreasi.  Namun  akibat  dari 
konstruk  budaya  yang membebankan  kesalahan  pada  janda  dan  fenomena  tersebut 
tidak  dianggap  sebagai  proses  kehidupan,  maka  kebebasan  janda  terbelenggu. 
Begitupun  yang  ada  dalam masyarakat  Tanggul  Kulon,  dimana masyarakat  belum 
bisa  melepas  budaya  tentang  persepsi  yang  kurang  menguntungkan  terhadap 
kehidupan  janda.  Walaupun  masyarakat  Tanggul  Kulon  lebih  dominan 
berpendidikan,  namun  kemampuan  pola  yang  dimiliki  dan  dilihat  dari  infrastruktur 
(sarana prasarana) untuk mengembangkan pola pikir masyarakat sudah tercukupi tapi 
tidak mampu merubah budaya yang mendiskriditkan janda dalam masyarakat.  
Salahnya  budaya  yang  terbangun  dalam  masyarakat  yaitu  terlalu 
mengkultuskan  adanya  hubungan  yang  diikat  dengan  perkawinan,  sehingga  sangsi 
yang  seharusnya  tidak  ada  menjadi  salah  satu  nilai-nilai  dalam  masyarakat. 
Sedangkan keberadaan seorang individu tidak bisa terlepas dari hidup bermasyarakat, 
dalam  proses  kehidupan  itu  seorang  individu  memerlukan  pemenuhan  kebutuhan 
biologis dan psikis.  
Proses  pemenuhan  kebutuhan  biologis  dan  psikis  tersebut,  seorang  individu 
memiliki  kecenderungan  untuk  membangun  pasangan  hidup  yang  permanen. 
Pasangan  hidup  yang  permanen  akan  terbentuk  dalam  wujud  sebuah  keluarga. 
Begitupun yang nilai-nilai yang terbangun dalam masyarakat Tanggul Kulon, dimana 
terbentuknya  keluarga  harus  dipertahankan  dengan  baik,  sebab  keluarga  diartikan 
sebagai  suatu kesatuan  sosial  terkecil  yang dibentuk oleh manusia  sebagai makhluk 
sosial.  
Tujuan  dari  penelitian  ini  adalah  untuk  mengetahui  mengenai  persepsi 
masyarakat  terhadap  status  janda.  Penelitian  ini  dilakukan  di Desa  Tanggul Kulon 
Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember. Sumber data yang diambil dalam 
penelitian ini diperoleh dari hasil observasi awal, kuesioner dan 
dokumentasi data. Metode yang 
digunakan  dalam  menganalisa  data  yang  telah  diperoleh  yaitu  dianalisa  secara 
deskriptif.  
Penarikan  kesimpulan  tentang  persepsi masyarakat Tanggul Kulon  terhadap 
status janda dengan 3 permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu tentang 
persepsinya  terhadap  perilaku  janda,  persepsi  masyarakat  terhadap  pemenuhan 
kebutuhan pokok keluarga janda dan persepsi masyarakat terhadap pendidikan formal 
anak  janda,  dimana  persepsi  masyarakat  Tanggul  Kulon  masih  bersifat  negatif 
terhadap janda. 
Deskripsi Alternatif :
 Persepsi  tentang  janda  dalam  lingkungan masyarakat masih  bersifat miring 
(negatif), dimana posisi  janda dalam masyarakat masih di anggap aib yang harus di 
batasi  ruang geraknya. Hal  ini merupakan  salah  satu kondisi dan budaya yang  tetap 
dipertahankan dalam  lingkungan mayarakat di  Indonesia. Fenomena  janda  terjadi di 
seluruh dunia, sebab janda bukan hanya bentuk dan pola kehidupan di Indonesia, tapi 
juga salah satu proses kehidupan individu dalam masyarakat di dunia. Maka dari itu, 
sikap  dan  perilaku  yang  di  tanamkan  selama  ini  dalam  masyarakat  masih  kurang 
memiliki rasa keadilan untuk janda sendiri. 
Sekilas memandang budaya masyarakat  Indonesia yang masih  tetap bertahan 
pada  pola  kehidupan  lama  akan  menjadi  masyarakat  yang  kurang  menghargai 
terhadap  hak-hak  orang  lain  dalam  kehidupan  bermasyarakat.  Janda  merupakan 
anggota masyarakat  yang memiliki hak untuk hidup berdampingan dengan  individu 
atau  keluarga  lain  serta  memiliki  kebebasan  untuk  berkreasi.  Namun  akibat  dari 
konstruk  budaya  yang membebankan  kesalahan  pada  janda  dan  fenomena  tersebut 
tidak  dianggap  sebagai  proses  kehidupan,  maka  kebebasan  janda  terbelenggu. 
Begitupun  yang  ada  dalam masyarakat  Tanggul  Kulon,  dimana masyarakat  belum 
bisa  melepas  budaya  tentang  persepsi  yang  kurang  menguntungkan  terhadap 
kehidupan  janda.  Walaupun  masyarakat  Tanggul  Kulon  lebih  dominan 
berpendidikan,  namun  kemampuan  pola  yang  dimiliki  dan  dilihat  dari  infrastruktur 
(sarana prasarana) untuk mengembangkan pola pikir masyarakat sudah tercukupi tapi 
tidak mampu merubah budaya yang mendiskriditkan janda dalam masyarakat.  
Salahnya  budaya  yang  terbangun  dalam  masyarakat  yaitu  terlalu 
mengkultuskan  adanya  hubungan  yang  diikat  dengan  perkawinan,  sehingga  sangsi 
yang  seharusnya  tidak  ada  menjadi  salah  satu  nilai-nilai  dalam  masyarakat. 
Sedangkan keberadaan seorang individu tidak bisa terlepas dari hidup bermasyarakat, 
dalam  proses  kehidupan  itu  seorang  individu  memerlukan  pemenuhan  kebutuhan 
biologis dan psikis.  
Proses  pemenuhan  kebutuhan  biologis  dan  psikis  tersebut,  seorang  individu 
memiliki  kecenderungan  untuk  membangun  pasangan  hidup  yang  permanen. 
Pasangan  hidup  yang  permanen  akan  terbentuk  dalam  wujud  sebuah  keluarga. 
Begitupun yang nilai-nilai yang terbangun dalam masyarakat Tanggul Kulon, dimana 
terbentuknya  keluarga  harus  dipertahankan  dengan  baik,  sebab  keluarga  diartikan 
sebagai  suatu kesatuan  sosial  terkecil  yang dibentuk oleh manusia  sebagai makhluk 
sosial.  
Tujuan  dari  penelitian  ini  adalah  untuk  mengetahui  mengenai  persepsi 
masyarakat  terhadap  status  janda.  Penelitian  ini  dilakukan  di Desa  Tanggul Kulon 
Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember. Sumber data yang diambil dalam 
penelitian ini diperoleh dari hasil observasi awal, kuesioner dan 
dokumentasi data. Metode yang 
digunakan  dalam  menganalisa  data  yang  telah  diperoleh  yaitu  dianalisa  secara 
deskriptif.  
Penarikan  kesimpulan  tentang  persepsi masyarakat Tanggul Kulon  terhadap 
status janda dengan 3 permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu tentang 
persepsinya  terhadap  perilaku  janda,  persepsi  masyarakat  terhadap  pemenuhan 
kebutuhan pokok keluarga janda dan persepsi masyarakat terhadap pendidikan formal 
anak  janda,  dimana  persepsi  masyarakat  Tanggul  Kulon  masih  bersifat  negatif 
terhadap janda. 
Home »Unlabelled » PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP STATUS JANDA (Studi deskriptif di Desa Tanggul Kulon, Kecamatan Tanggul, Kabupaten Jember)

 
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar